Provinsi Riau, negeri kaya akan ladang minyak bumi, tambang dan perkebunan kelapa sawit. Namun kekayaan ini belum diimbangi dengan infrastruktur yang memadai dan mendukung.
Gubernur Riau Rusli Zainal, dalam pertemuaan dengan Forum Wartawan FORKEM, di Pekanbaru menjelaskan bahwa infrastruktur yang memadai belum tersedia.
Menurutnya, di tengah Negeri Bertuah ini menyumbang Rp 300 triliun per tahun dari minyak, dan 38 persen produksi sawit untuk nasional, belum diperkuat dengan adanya infrastuktur. Kendala infrastruktur, kata dia, masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR).
"Contohnya jalan nasional kondisinya tidak standar," ungkap dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Riau Muhammad Yafiz mengatakan kendala inilah yang belum memaksimalkan industri di Provinsi Riau.
Kata dia, untuk mendukung pertumbuhan industri, sangat membutuhkan jalan tol Pekanbaru menuju Dumai.
"Sedangkan jalan lingkar lintas timur kondisinya juga sudah rusak parah. Kalau sarana jalan tidak diperbaiki, dikhawatirkan akan terjadi ekonomi biaya tinggi (high cost economic)," kata dia.
Pasokan listrik yang minim dan pasokan air bersih pun menjadi satu masalah.
Kepala Badan Pembangunan Daerah (Bapeda) Riau Ramli Walid mengatakan masalah lain yang menjadi PR adalah tidak mampu hilangkan pengangguran. Menurut keterangannya, pada 2009 pengangguran mencapai 8,56 persen.
Lebih lanjut, dijelaskannya, Pemda memiliki prioritas mengurangi kemiskinan dan menyiapkan infrastruktur. Dibeberkannya, rencana pembangunan jalan tol Pekanbaru- Dumai sepanjang 135 km telah dirancang. Selain itu, ungkapnya, pembangunan rel kereta api yang disebut sebagai trans sumatera pun akan dilakukan.
Sumber Daya Alam Provinsi Riau
Riau adalah salah satu provinsi kaya di Nusantara. Hampir semua kekayaan alam dimiliki provinsi ini. Di dalam perut buminya terkandung minyak bumi, batubara, emas, timah dan bahan tambang lainnya. Sementara di atasnya terhampar kekayaan hutan, perkebunan dan pertanian dalam arti luas.
Pertambangan umum berdenyut relatif pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang ikut andil bergerak di bidang ini. Mereka seolah berlomba mengeruk isi perut bumi Riau, mulai dari menggali pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut, pasir kuarsa sampai andesit. Di samping minyak dan gas timah juga merupakan hasil tambang Riau. Konstribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau mencapai Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %. Karena itu, sektor pertambangan menjadi andalan provinsi dalam memperkokoh perekonomiannya.
Sektor pertanian menjadi salah satu motor penggerak perekonomian rakyat. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian lokal, tapi juga mampu menyerap banyak sekali tenaga. Kini tersedia lahan sawah seluas 28.845 ha yang dilengkapi dengan saluran irigasi, 150.092 ha sawah tadah hujan, 70.284 ha sawah pasang surut dan 13.077 ha sawah lainnya.
Data 2006 juga menunjukkan bahwa tak kurang dari 134.290 ha sawah kini berproduksi, menghasilkan 421.384 ton padi. Jumlah produksi ini meningkat dibanding dua tahun terakhir. Padi 2004, 144.499 ha sawah menghasilkan 453.817 ton padi, lalu menurun menjadi 133.496 ha sawah pada 2005 dengan produksi 423.095 ton padi. Ladang jagung yang berproduksi seluas 16.524 ha, menghasilkan 36.421 ton. Kedelai, singkong dan umbi-umbian juga diproduksi di Riau. Ada 2.829 ha lading kedelai terhampar di sana dengan jumlah produksi 2.923 ton, sementara 5.266 ha ladang singkong dan umbi-umbian memproduksi 52.997 ton.
Potensi hutan juga besar di Riau. Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang dibuat pemerintah setempat, luas hutan di sana mencapai 4.160.710 ha terdiri atas 228.793,82 ha hutan lindung, 529.487 ha hutan konservasi, 914.839 ha hutan produksi terbatas, dan 2.487.590 ha hutan produksi. Dari hutan-hutan itulah pemerintah setempat memperoleh anggaran dari produksi 8.022.009,30 m³ kayu bulat, 188.201,82 m³ kayu gergajian dan 260.709,32 m³ kayu lapis. Dengan perairan dan lautan seluas 470,80 km², Riau tidak mau ketinggalan dalam bisnis perikanan, baik perikanan laut, perairan umum, tambak maupun keramba. Ada banyak jenis ikan yang telah dibudidayakan. Pada 2005 saja, berhasil diproduksi 97.781,3 ton perikanan laut, 24,693,7 ton ikan dari perairan umum, 674,5 ton ikan dari tambak dan 24.768,8 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 717,21 miliar. Setahun kemudian, semua hasil meningkat. Pada 2006, berhasil di produksi 99.188,3 ton perikanan laut, 14.173,5 ton ikan dari perairan umum, 244,6 ton ikan dari tambak dan 2.741,3 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 1.174 miliar.
Berbagai jenis peternakan juga telah dikembangkan, terutama sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik. Pada 2005, ternak sapi potong populasinya mencapai 102.352 ekor per tahun, sementara ternak kambing 256.324 ekor per tahun, ternak domba 2.453 ekor per tahun, babi 46.386 ekor per tahun, ayam buras 316.425 ekor per tahun dan itik 339.269 ekor per tahun. Karena itu, daging yang diproduksi per tahun nya mencapai 4.593183 kg daging sapi, 434.806 kg daging kambing, 1.490 kg daging domba, 874.262 kg daging babi dan 29.355.155 kg daging ayam unggas.
Perkebunan juga merupakan sektor andalan. Karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan pinang adalah komoditas perkebunan yang selama ini banyak membantu perekonomian penduduk pedesaan. Di saat krisis ekonomi melanda Indonesia secara nasional, petani yang bekerja di sektor ini justru tetap survive, bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Luas perkebunan karet mencapai 528.697,48 ha dengan hasil 463.053,52 ton, kebun kelapa mencapai 546.927,13 ha dengan hasil 629.926,80 ton, kebun kelapa sawit seluas 1.392.232,74 ha dengan hasil 3.931.619,17 ton, kebun kopi seluas 10.040,50 ha dengan hasil 3.545,97 ton dan kebun pinang seluas 9.249,56 ha dengan hasil 6.960,72 ton.
2011, Target Produksi Minyak Riau 400 Ribu Barel Perhari
Kepala Perwakilan BP Migas Riau, Baris Sitorus kepada Riauterkini Senin (20/12/10) mengatakan bahwa tahun 2011 mendatang secara nasional adalah mencapai 970 ribu barel perhari. Produksi diakumulasikan dari Sumatera (Riau), Kalimantan, Jawa maupun Papua Barat dan daerah lainnya.
Namun ia tidak bisa memastikan pencapaian produksi sesuai dengan jumlah target tersebut. Namun ia tetap optimis pencapaian target akan diupayakan sekuat tenaga.
"Target minyak tahun 2011 mencapai 970 ribu barel perday. Namun saya belum bisa memastikan tercapai atau tidaknya. Yang pasti, kita akan berupaya sekuat tenaga untuk mencapainya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehumasan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Elan Biantoro mengatakan bahwa jumlah target produksi minyak Riau tahun 2011 mencapai 400 ribu barel perday. Jumlah tersebut hampir 50 persen dari jumlah target produksi minyak nasional tahun 2011.
Katanya, jumlah tersebut merupakan akumulasi dari produksi minyak bumi dan gas yang diproduksi oleh CPI, Kondur, BPB Pertamina maupun Kalila dan perusahaan lainnya.
"Tingginya produksi minyak bumi Riau tersebut masih mengandalkan sumur-sumur tua yang hingga saat ini masih produktif. Terutama di Duri dan Minas. Khusus untuk CPI sendiri, tahun 2011 ditargetkan sama dengan tahun 2010. Yaitu 5 sumur dalam setahun," terangnya.